About Me

Foto saya
Addicted to flower, candle, coffee, and rain!

Nicolas Flamel

Jumat, 24 Desember 2010

| | | 0 komentar
bonjour~

hari ini sabtu pertama dari liburanku. seneng banget deh rasanya hari ini, lepas dari ujian-ujian apalah itu namanya. walaupun masih ada ujian lagi besok-besok. tapi seenggaknya, ada waktu lah buat 'leyeh-leyeh' hahaha.
kemarin aku nonton Harry Potter #7 part1 sama seorang teman. habis nonton, makan, dan memasuki hampir semua toko di Amplaz, kita (sebenernya aku) berniat untuk berkunjung ke Togamas *jengjengjeng* wuaaah cinta bangeeeeeet deh sama toko buku satu itu. diskon, gratis sampul pula.
nyampe di Togamas yang di seberangnya Empire, aku mulai bingung nih mau beli apa. rasanya pengen kubeli semua. lalu, akupun teringat tujuan awal hasrat yang membawaku kesini. nyari bukunya Luna Torashyngu yang baru, Golden Bird, seri dari Beauty and The Best. oh yaaa, aku sekarang nggak begitu suka novel teenlit walapun kalo disuguhin masih kubaca xixixi. dan karangan Luna Torashyngu ini yang paling kusukain. ceritanya nggak melulu menye-menye tentang kisah cinta anak ABG, alurnya keren, cool gitu. Akhirnya aku nemu juga nih novelnya, tapi habis nemu, nggak langsung pulang gitu aja. masih muteeeeeeer ngeliat buku-buku yang ada di situ.
lama muter-muter dan ngebuat temenku pusing ngikutin aku, akhirnya nemu deh buku lain yang bikin  penasaran. buku trilogy tentang Nicolas Flamel. tertarik banget beli buku itu, tapi belum kesampaian. huhuhu TTT.TTT

jadi, aku berusaha googling nyari-nyari info tentang Nicolas Flamel ...
Nicolas Flamel merupakan seorang ahli kimia bekebangsaan Prancis. Dia menuliskan buku ahli kimia terpopulernya ialah Livre des figures hiéroglypiques di Paris pada tahun 1612 dan Exposition of the Hierographycall di London pada pada tahun 1624. Dia lahir di Paris pada tahun 1330. Dia merupakan kaligrafi dan penulis buku di Universitas Paris. Selain itu, banyak rumor beredar bahwa Nicolas Flamel telah menemukan rahasia dari keabadian, The Immortal French Alchemist.

Selasa, 14 Desember 2010

| | | 0 komentar
G'night monsieur & mademoiselle:D

ulangan selesai, nggak ada remidi, dan yaaaaah happily never after deh. di sekolah nggak ada acara apa-apa. dan tetep ada les kayak biasa. itutuh yang bikin anak-anak pada males, wkwkwk. maklum lah ya, kita udah kelas9.
hhhm by the way, besok sore mama mau pergi nih. ke jakarta katanya. persiapannya ribet. dan besok juga seorang temen akan memberi keputusan tentang takdir seseorang yang belum pernah aku kenal. hahaha, lol.
lagi nggak ada mood nulis. dan lagi nggak ada inspirasi mau nulis lagu apa. banyak yang ada di hp dan laptop, tapi lagi nggak mood buat ngulas tentang itu. anyway, aku cuma mau buat posting segini aja. see you yaaaa~ i'll brb , follow twitter http://twitter.com/#!/justditta 
merci :)

L-O-V-E , heart heart heart this song!

Jumat, 10 Desember 2010

| | | 0 komentar

L is for the way you look at me
O is for the only one I see
V is very-very extraordinary, and
E is even more than anyone that you’re adore

Love is all that I can give to you
Love is more than just a game for do
Do in love can make it
Take my heart but please don’t break it
Love was made for me and you

L is for the way you look at me
O is for the only one I see
V is very-very extraordinary, and
E is even more than anyone that you’re adore

Love is all that I can give to you
Love is more than just a game for do
Doin’ love can make it
Take my heart don’t break it

Love was made for me and you
Love was made for me and you
Love was made (Uhuh! Come on yeah everybody)

Love, love, love, love
Love, love, love, love
Love, love, love, love
Love, love, love
Love, love, love
Love, love, love (one more time)
Love!

~itu tuh tadi liriknya L-O-V-E. lagu ini keren lho. dan dinyanyiin sama banyak penyanyi beken. Dari Indonesia maupun luar. Ada Tompi, Nat King Cole dan Olivia Ong(in Bossa's). dan menurutku, lagu ini dibikin gimana pun oke;;) enjoy video di bawah ini yap....





Itu tadi yang dari Olivia Ong, sekarang aku kasih yang dari Penyanyi kita sendiri-- Tompi!

Bossas~ Let's dance yo madame!

| | | 0 komentar
Seneng banget rasanya udah selesai UAS dan belum ada yang remidi \(^.^\) \(^.^)/ (/^.^)/ yeyeyey! Dan tadi di sekolah nggak ada kerjaan. Bosen juga sih, untung aku bawa laptop ahihihi. Berhubung aku ketularan sama Tika jadi suka sama suaranya Olivia Ong, aku tadi download-download lagunya. Tapiiiiiiii nyebelin banget, hot spot sekolah lemotnyaaaa minta ampun!


Ada ini nih lagunya :
Fly Me to The Moon


Fly me to the moon
Let me play amoung the stars
Let me see what spring is like
On jupiter and mars

In other words, hold my hand

In other words, baby kiss me

Fill my heart with song and

Let me sing for ever more
You are all I long for
All I worship and adore

In other words, please be true

In other words, I love you

Fill my heart with song and

Let me sing for ever more
You are all I long for
All I worship and adore

In other words, please be true

In other words
In other words, I love you


Gimanaaa? Keren? Her voice is very cute, right? Like me. Hahaha, kidding <3

Gadis Einstein -- The Einstein Girl

Senin, 06 Desember 2010

| | | 0 komentar
Dulu waktu jalan-jalan ke Gale (Galeria Mall, Jogja) terus dan pasti mampir ke Togamas, aku tertarik sama buku yang gambarnya Pak Einstein ini. Pengen beli, tapi belum sempet. Akhirnya aku googling dan dapet resensi dari orang yang udah ngebaca buku ini, enjoy it yaaa......

Kesetiaan pada dusta adalah sesuatu yang tak bisa diterima, betapapun itu mungkin lebih nyaman bagi orang-orang berpandangan sempit dan tak punya prinsip (hlm. 455).
Sejauh yang diketahui publik, seumur hidupnya Albert Einstein hanya memiliki satu istri yaitu Elsa Löwenthal yang dinikahinya Juni 1919. Pada 1986 terungkap bahwa ternyata Einstein pernah menikahi Mileva Máric, ilmuwan Serbia yang tercatat sebagai wanita pertama yang belajar matematika dan fisika di Eropa. Mereka menikah di Swiss pada Januari 1903 dan bercerai enam belas tahun kemudian, setelah hidup terpisah selama lima tahun, Máric di Zurich sedangkan Einstein di Berlin. Dari pernikahan mereka, diketahui telah lahir dua putra, Hans Albert Einstein dan Eduard Einstein. Si bungsu Eduard dikenal sebagai pemuda cerdas dengan bakat musikal. Saat dalam proses mewujudkan impiannya menjadi psikiater, pada usia 20 tahun Eduard didiagnosis mengidap skizofrenia dan dirawat di rumah sakit jiwa Burghölzli di Zϋrich. Gangguan kesehatan mental yang dialaminya merenggangkan hubungannya dengan ayahnya. Albert Einstein (1879-1955) beremigrasi ke Amerika Serikat menjelang berkuasanya si kanselir Jerman Adolf Hitler menggantikan Presiden Paul von Hindenburg. Eduard tidak pernah berjumpa lagi dengan ayahnya hingga meninggal karena stroke pada usia 55 tahun, Oktober 1965. Berbarengan dengan terungkapnya pernikahan Einstein-Máric, terungkap pula sebuah fakta mencengangkan. Sebelum menikah pada Januari 1903, dari hubungan mereka telah lahir seorang anak perempuan yang dipanggil Lieserl pada Januari 1902. Lieserl menghilang setelah orangtuanya menikah secara sah, dan sampai saat ini tidak diketahui nasibnya.

Fakta yang berusaha dipendam dari masa lalu sang ilmuwan yang digadang-gadang sebagai Bapak Fisika Modern ini menjadi tempat berpijak novel bertajukThe Einstein Girl karya Philip Sington.
Dikisahkan Alma Siegel sedang mencari Martin Kirsch, tunangannya yang telah hilang selama dua minggu pada bulan Mei 1933 di Berlin. Seingatnya, Martin yang bekerja sebagai psikiater di Klinik Psikiatri Charité sedang merawat seorang pasien amnesia yang dikenal publik sebagai ‘The Einstein Girl’ (Gadis Einstein). Pasien tanpa nama itu ditemukan hampir tewas di sebuah hutan di Postdam dalam keadaan setengah telanjang dan basah kuyup. Tidak ada identitas yang ditemukan di tempatnya ditemukan kecuali sepotong kertas berisi pengumuman kuliah umum tentang Teori Kuantum di Philharmonic Hall dengan Albert Einstein sebagai pembicara utama. Hal inilah yang membuat media massa menamakannya ‘The Einstein Girl’.
Sebuah kilas balik yang merupakan bagian utama novel dibeberkan panjang-lebar gunamenelusuri jejak Martin Kirsch yang hilang. Sebagai psikiater yang berdedikasi tinggi, Kirsch yang tengah bergumul dengan penyakit neurosifilis, kecewa atas terapi yang dilakukan rekan sejawatnya. Sebelumnya, ia telah menulis sebuah makalah yang dipublikasikan di sebuah jurnal psikiatri sebagai kritik atas terapi tanpa dasar yang pasti itu. Tulisan ini ditambah insiden seorang pasien yang mendapatkan terapi insulin, membuatnya terancam dipecat dari pekerjaannya. Belakangan, Kirsch bertemu seorang pengagum tulisannya yang akan menyelamatkan pekerjaannya.

Kendati terancam dipecat, Kirsch berhasil menjadikan si Gadis Einstein sebagai pasiennya. Alasannya adalah ingin menyelidiki adanya kemungkinan amnesia yang disebabkan oleh gangguan kejiwaan, padahal sesungguhnya gadis itu bukanlah sosok yang asing baginya. Mereka pernah bertemu dan sekalipun sudah bertunangan, Kirsch tidak mampu menampik daya tarik gadis yang dikenalnya sebagai Elisabeth. Demi menolong Elisabeth memperoleh kembali ingatannya, Kirsch menggelar investigasi.

Di tempat Elisabeth tinggal setibanya dari Zϋrich, Kirsch mengetahui jika nama sebenarnya adalah Mariya Draganović. Perhitungan matematis yang ditemukan dalam sebuah buku catatan milik Mariya diteguhkan oleh rekan Albert Einstein sebagai upaya perumusan teori fisika baru, Teori Medan Terpadu. Yang menarik di sini, Albert Eisntein juga sedang meneliti topik yang sama. Tidak diragukan lagi, Mariya adalah wanita dengan kecerdasan luar biasa. Padahal, sampai saat itu, hanya ada dua wanita yang bisa menyerap penemuan Albert Einstein dengan mudah. Mereka adalah Marie Curie dan Mileva Marić, mantan istri Einstein yang bekerja sebagai pengajar di Zϋrich.

Penemuan Kirsch menuntunnya ke Zϋrich untuk bertemu Mileva Máric dan Eduard Einstein, si bungsu yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit jiwa Burghölzli. Mereka tidak sepenuhnya terbuka, namun Kirsch menemukan kaitan mereka dengan hidup Mariya. Sebuah fakta lain juga ditemukannya, bahwa sebelum pergi ke Berlin, Mariya pernah menjadikan dirinya pasien di rumah sakit jiwa Burghölzli.
Pertanyaan yang mungkin menyeruak adalah apakah Mariya Draganović adalah Lieserl yang sengaja disingkirkan dari kehidupan Einstein-Máric? Dalam sebuah sub-plot yang disampaikan menggunakan perspektif orang pertama, pembaca akan dibawa mengarung masa lalu Mariya untuk menemukan identitas sejatinya. Menyelami ke lubuk kehidupan Mariya yang enigmatis, Sington akan menyingkapkan sebuah kesetiaan pada dusta yang dilakukan dengan dalih melindungi kehormatan keluarga.

Daya pikat utama The Einstein Girl tidak terbantahkan lagi terletak padapenyingkapan selubung misteri yang meliputi kehidupan Lieserl Máric. Seusai memancing rasa penasaran pada beberapa halaman awal, Sington akan mendorong pembaca mengikuti cerita dengan alur yang tidak terburu-buru. Mungkin akan pembuat sementara pembaca tersendat-sendat, namun tidak bisa diungkiri, Sington mampu mendesak pembaca untuk bertanya-tanya. Apa yang dilakukan Mariya di Berlin hingga ia ditemukan dalam keadaan sekarat? Apa yang akan terjadi dengan penyelidikan Kirsch? Sebuah pamungkas disuguhkan untuk menyempurnakan ide ‘sang penulis’ sebenarnya dari cerita yang kita baca, bahwa: “Akhir suatu cerita haruslah dapat dipercaya atau pembaca akan merasa ditipu. Akhir yang tidak masuk akal akan merusak cerita yang bagus.” (hlm.360). Lantas, memanfaatkan kesalahpahaman yang terjadi sebelum novel benar-benar ditutup, Sington akan menerangkan maksud kalimat pembuka pada bagian “Tak Bernama” (hlm. 13).

Riset intensif seputar kehidupan Albert Einstein yang membawa Sington pada tumpukan arsip Jewish National & University Library di Yerusalem mendukung perwatakan Albert Einstein sebagai karakter yang tidak menimbulkan simpati. Pria yang dinobatkan majalah Time sebagai “Person of the Century” ini boleh tersohor karena kesuksesannya menggulingkan teori lama mengenai cahaya ―dari cahaya sebagai gelombang menjadi cahaya sebagai berkas partikel energi yang disebut kuanta.Tetapi ia juga tergolong manusia yang tidak mampu membangun hubungan dengan manusia lain, termasuk keluarganya sendiri. Tidak hanya terlihat dari pernikahannya dengan Mileva Máric (faktanya, masih terikat pernikahan dengan Máric, ia telah terlibat hubungan ekstramarital dengan Elsa Löwenthal), melainkan juga dalam caranya menyikapi cacat mental putra bungsunya. Disebutkan, Einstein tidak percaya jika penyakit Eduard berhubungan dengan dirinya. Seolah-olah mendukung, Sington menghadirkan pula kecondongan cacat mental dari pihak keluarga Máric. Ketidaksimpatikan si penerima Nobel Fisika tahun 1921 ini terlukis eksplisit dalam respos eksplosifnya terhadap kemunculan Mariya Draganović.

Kegemilangan Sington tampak pula ketika mengemas kompleksitas dunia psikiatri sebagai bagian signifikan novel dengan sokongan deskripsi yang memadai. Kita akan digiring mengenal lekuk-liku dunia yang bermuatan beragam ketidakpastian yang ditandai dengan ketidaksepahaman dalam pemberian terapi. Kita juga akan disadarkan betapa kerap penderita cacat mental menjadi bahan eksperimen dalam rangka penegakan kebenaran masing-masing psikiater. Sang protagonis ―Martin Kirsch― meyakini, salah satu metode untuk menangguk kembali kesadaran para penderita bukanlah menyiksa dengan terapi serampangan, melainkan dengan merangkul untuk menemukan dan memulihkan pemicu gangguan mental mereka.
Menghasilkan karya dengan sentuhan historis pasti tidaklah enteng. Pengumpulan informasi faktual demi menetaskan kisah dengan tingkat kepercayaan tinggi adalah sesuatu yang krusial. Namun, tanpa kepiawaian bertutur, kecermatan memadukan elemen historis dan produk imajinasi, ketangguhan membangun karakterisasi, usaha tersebut akan mubazir. Tampaknya, Philip Sington sangat menyadari hal ini, maka terbitlah The Einstein Girl sebagai karya fiksi yang sungguh laik untuk dibaca.
(Resensi: Jody Setiawan)

Detail Buku
Judul: THE EINSTEIN GIRL
Pengarang: Philip Sington (2009)
Penerjemah: Salsabila Sakinah
Penyunting: Zahra Ilmia & Anton Kurnia
Tebal: 528 hlm
Cetakan: 1, Mei 2010
Penerbit: Serambi Ilmu Semesta

 Gimana? Keren kan? Liburan nanti, aku mau nyempetin muter-muter shopping & Terban (Ini daerah tempat jualan buku di Jogja) buat nyari buku ini;)

What a nice song! Classic and sooooo romantic

| | | 0 komentar
My Way -- Ini lagu dinyanyiin sama Frank Sinathra. Dan song writersnya -- Jacques Revaux, Paul Anka (English Lyrics yaa) , Ghilles Thibaut, Claude Francois-- Walaupun 'klasik' tapi oke banget. Coba dengerin sambil minum kopi dan ngeliatin ujan. Efeknya kereeeeeeeen banget! Serasa kayak kita lagi dalem video klipnya. Kita penontonnya Frank yang lagi nyanyi buat ceweknya. Nah, kayak Harry Potter pas masuk Pensievenya Dumbledore gitu deh..... Penonton yang kasat mata~ Atau kayak kita yang ngeliat kisahnya Romeo&Juliette. Emang jarang ya anak muda sekarang yang suka sama lagu klasik, tapi percaya atau nggak dasarnya lagu22 yang sekarang ini dari lagu22 klasik loooh

My Way
And now, the end is near,
And so I face the final curtain.
My friends, I'll say it clear;
I'll state my case of which I'm certain.

I've lived a life that's full -
I've travelled each and every highway.
And more, much more than this,
I did it my way.

Regrets? I've had a few,
But then again, too few to mention.
I did what I had to do
And saw it through without exemption.

I planned each charted course -
Each careful step along the byway,
And more, much more than this,
I did it my way.

Yes, there were times, I'm sure you knew,
When I bit off more than I could chew,
But through it all, when there was doubt,
I ate it up and spit it out.
I faced it all and I stood tall
And did it my way.

I've loved, I've laughed and cried,
I've had my fill - my share of losing.
But now, as tears subside,
I find it all so amusing.

To think I did all that,
And may I say, not in a shy way -
Oh no. Oh no, not me.
I did it my way.

For what is a man? What has he got?
If not himself - Then he has naught.
To say the things he truly feels
And not the words of one who kneels.
The record shows I took the blows
And did it my way.

Yes, it was my way.

Aku juga seneng mainin lagu ini. Ada beberapa miss sih, tapi sekarang udah kuperbaikin lagi. Tolong dengerin yaaa dan kasih kritik :)

 Ini video yang masih banyak miss-nya. Maklum ya, kan masih pemula. Permainannya juga belum banyak variasinya dan belum keliatan feelnya. Hehehe ....





Love is You - Ten2Five

Minggu, 05 Desember 2010

| | | 0 komentar
Akhir-akhir ini lagi seneng sama lagu-lagu yang akustikan gitu. Dan ini yang paling aku senengin. Love is You-nya Ten2Five. Coba-coba googling dan nemu lirik beserta akordnya, hehehe

Intro : C – F – C – FC – G
This is how I feel
Am – Em
Whenever I’m with you
F – Em
Everything is all about you
Dm – G
Too good to be true
C – G
Somehow I just can’t believe
Am – Em
You can lay your eyes on me
F – Em
If this is a fairytale
Dm – G
I wish it will end happily
F – Em
Even though we are apart
Dm – C
I can feel you here next to me
F – Em
Here and now I will vow
Dm – G
Stay with me
Reff:
C – G
Let me love you
Am – Em
With all my heart
F – Em
You are the one for me
Dm – G
You are the light in my soul
C – G
Let me hold you
Am – Em
With my arms
F – Em
I wanna feel love again
Dm – C
I wanna feel love again
F – Em
I wanna feel love again
Dm
Cuz I know
G – C
Love is you

Keren kok lagunya,  dengerin aja deh ......

Oh my gawdess, it's VOLCANOOOOO!

Senin, 29 November 2010

| | | 0 komentar
G'afternoon all~

Aku baru inget hari ini kalo mau cerita tentang Volcano. Okay, it's not volcano like merapi. But, it's my prince charming *ow ow ow* sumpah, dia tuh bikin melting banget :3

Jadi gini ceritanya ...

Kemarin minggu aku TO di ssc. Sekedar info, dia temen lesku di ssc. Tepatnya tetangga kelas. Dia anak unggulan sih. Begiu keluar dari ruangan, aku ngebuntutin Tiara (Maria Dian Tiarasani @ on facebook). Eh ternyata nyampe luar dia udah dijemput sama Mamanya. Aku mulai kebingungan gitu nggak ada temen. Bella (@bellaJDB), Afin (@auliaafina), & Anggra (@Anggrainii) udah pada nggak keliatan batang idungnya. Untung banget ketemu sama Chandra, anak 9F. Terus aku ngobrol22 sama dia di beranda depan. Nggak jauh dari tempat kita ngobrol, ada sekumpulan cowok scooter gitu. Dan disana ada VOLCANO!

Oh my Gawdesss, he is my prince charming. Sumpah, ngeliat dia ada di depanku (walau dari jauh) kayak si Barbie yang ngeliatin gebetannya di koridor sekolah -- Barbie's Diary -- melting banget. Bener22 ngerasa melayang. Sejak nangkep ada dia di seberang kita, aku jadi nggak konsen gitu diajak ngobrol sama Chandra. Hahaha, peace Chan :) walaupun aku ngerti sih apa yang diomongin sama dia.

Rasanya bener22 kayak ngeliat pangeran ganteng dari negri yang indah dan jauuuuuuh disana. Oh my gawdess lagi, dia kayaknya ngeliatin aku. Tapi aku yakin sih, dia mungkin nggak ngerasain ada aku di ssc ini. hahaha, but i feel so happy in ssc. Karena teman22 yang menyenangkan dan ada si Pangeran Volcano ini ;)

In my mind, it's like a tale~

Minggu, 28 November 2010

| | | 0 komentar
 Malaikat Juga Tahu
Lelahmu jadi lelahku juga
Bahagiamu bahagiaku juga
Berbagi takdir kita selalu
Kecuali tiap kau jatuh hati
Kali ini hampir habis dayaku
Membuktikan padamu ada cinta yang nyata
Setia hadir setiap hari
Tak tega biarkan kau sendiri
Meski seringkali kau malah asyik sendiri
Karena kau tak lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya
Hampamu tak kan hilang semalam
Oleh pacar impian
Tetapi kesempatan untukku yang mungkin tak sempurna
Tapi siap untuk diuji
Kupercaya diri
Cintaku yang sejati
Namun tak kau lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya
Kau selalu meminta terus kutemani
Engkau selalu bercanda andai wajahku diganti
Relakan ku pergi
Karna tak sanggup sendiri
Namun tak kau lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu Aku kan jadi juaranya

Semua udah tau lagunya kan? Kalo belum tau, ini aku kasih tau. Itu lagunya Tante Dewi Lestari atau biasa dipanggil "Dee". Aku suka banget sama lagunya. Selain nyiptain liriknya, Tante Dee juga nyipatain lagu beserta aransemennya. Iya kan? Keren banget!

 Firasat
Kembali
Kulihat awan membentuk wajahmu
Desah angin meniupkan namamu
Tubuhku terpaku
Semalam
Bulan sabit melengkungkan senyummu
Tabur bintang serupa kilau auramu
Akupun sadari
Kusegra berlari
Cepat pulang
Cepat kembali jangan pergi lagi
Firasatku ingin kau tuk cepat pulang
Cepat kembali jangan pergi lagi...
Akhirnya
Bagai sungai yang mendamba samudra
Kutahu pasti kemana kan ku bermuara
Smoga ada waktu
Sayangku
Kupercaya alam pun berbahasa
Ada makna dibalik semua pertanda
Firasat ini
Rasa rindukah ataukah kedamaian
Aku tak perduli
Kuterus berlari
Cepat pulang
Cepat kembali jangan pergi lagi
Firasatku ingin kau tuk cepat pulang
Cepat kembali jangan pergi lagi
Dan lihatlah sayang
Hujan turun membasahi
Seolah turun air mata
Cepat pulang
Cepat kembali jangan pergi lagi
Firasatku ingin kau tuk cepat pulang
Cepat kembali jangan pergi lagi
Firasatku ingin kau tuk cepat pulang
Pulang...
Aku pun sadari
Engkaulah firasat hati..

Nah, ini ada lagi lagunya Tante Dee. Aku jatuh cintaaaa banget sama dua lagu itu(Malaikat Juga Tahu&Firasat) begitu baca Rectoverso. Lagu ini dinyanyiin lagi sama Marcell lho, dan jadinya tambah keren. Awalnya begitu denger lagunya bakal ngerasa ngeri. Karena intronya adalah suara angin yang grusak-grusuk. Tapi makin lama makin keren. Two thumbs up for Tante Dee deh d--b

 

Da Capo

| | | 0 komentar

Aku melangkah masuk kamar sambil bersungut. Melihat kamarku yang seperti kapal pecah ini, Mama langsung membuyarkan niatku untuk bermain gitar di teras. Yayaya, merapikan kamar. Itu agendaku hari ini. Memang, sejak aku lulus dari SD, aku belum sempat merapikan kamar. Alasanku pun bermacam-macam juga, ada PR menumpuk lah, kerja kelompok lah, dan macam-macam alasan kacang lainnya. Masih mendumal dan merutuk, aku jadi berpikir, mengapa tak kurapikan kamarku saat libur panjang kelulusan dulu? Sambil terus mendumal, aku mulai merapikan kamar. Aku mulai dari meja rias. Mula-mula aku pindahkan semua barang di meja rias dan ku-lap semua sisi meja rias. Saat melongok ke belakang meja rias, aku melihat banyak sekali debu yang menempel di bagian belakang. Melihat seperti itu, aku tak tahan juga untuk segera merapikannya, walaupun sesekali aku bersin karena tak tahan dengan debu tersebut.

Setelah urusan dengan debu itu selesai, aku memulai untuk membersihkan almari meja belajarku. Kumulai dengan mengeluarkan isi almari, dan kemudian aku pilah-pilah bukunya. Buku-buku yang tidak penting akan kumasukkan ke dalam kardus yang tadi susah payah aku cari-cari di gudang. Oke, memang tidak ada gudang di rumahku. Tetapi boleh kan aku memanggil ruangan kosong bekas dapur yang sekarang di sulap oleh Emak, yaitu seorang janda setengah baya yang sudah lama juga bekerja di rumahku, menjadi gudang. Intinya, aku mengambil kardus di ruangan itu. Sambil terus memilah-milah, aku menyetel radio di kamarku. Kebetulan, saat itu sedang diputar lagu dari Sindentosca, Kepompong. Tak sengaja pula waktu lagu itu diputar, aku menemukan buku tahunan SD-ku. Saat itu aku jadi teringat teman-teman kecilku.

Persahabatan bagai kepompong
Mengubah ulat menjadi kupu-kupu
Persahabatan bagai kepompong
Hal yang tak mudah berubah jadi indah …

Itu tadi penggalan lirik dari lagu Kepompong. Memang, lirik lagu itu benar. Menurut definisiku sendiri, persahabatan memang lirik kepompong. Dari kita yang bukan apa-apa, akan berubah menjadi seekor kupu-kupu yang cantik. Dari situ aku mengartikan bahwa persahabatan itu bisa sangat mempengaruhi kita, baik positif maupun negatif. Lalu, dengan bantuan sahabat-sahabat kita lah, hal yang menurut kita sangat sulit untuk dilakukan menjadi sangat mudah. Ya, semua itu memang proses alam seorang manusia ketika memiliki orang yang sangat di percayai, atau bisa disebut …Sahabat…


Tahun 2006 …

Siang itu aku sedang mengulet di kamarku ketika ada telepon dari Mama. Sejenak kebiarkan saja telepon bordering, kupikir akan diangkat oleh Mbak Tari yang memang sudah lama bekerja dirumahku. Bahkan sudah kuanggap kakakku sendiri. Ternyata Mbak Tari tidak mengangkat teleponnya, dengan setengah berlari aku menuju ke letak telepon di samping wastafel di dekat kamar Mamaku.
“Halo?”
“Halo ,Ditta?”
“Iya, ma. Kenapa?” tanyaku.
“Mama udah telepon Pak Kepala Sekolah, beliau mau mindahin kamu ke kelas lain,”jawab Mama tampak bersemangat.
“Pindah?” tanyaku dengan masih keheranan.
“Iya, habis pihak sekolah nggak mau ngganti wali kelas, sedang mama nggak suka cara wali kelasmu membeda-bedakan murid,” jawab Mama, tegas.
“Terus temen-temenku?”
“Ya kan kamu masih bisa ketemu, lagian kamu kan nggak pindah sekolah. Cuma pindah kelas aja. Oh ya, kamu mau pindah ke kelas apa?”
“Hmm.. terserah mama aja deh,” kataku sambil meletakkan gagang telepon. Saat itu juga aku berpikir, memang nggak akan berpisah sama teman-teman lamaku. Tetapi berpisah kelas? Teman baru? Sedang tidak ada anak dari luar kelas yang aku kenal saat itu, kecuali sepupuku yang ada di kelas C. Ah, memikirkannya saja aku jadi pusing.

***
Tak terasa lewat sudah beberapa hari. Dan sekarang aku sedang duduk diam dengan balutan jaket merah mudaku, di dalam kelas di ujung gedung sekolah. Ya, disinilah aku. Kelas E, kelas yang Mama pilihkan untukku. Beberapa anak yang datang pagi sempat menyapaku ketika aku masuk ke kelas ini. Yang paling aku ingat adalah Fika, gadis cantik yang sedang menyapu kelas ketika aku masuk tadi. Dan beberapa anak yang datang agak siang tampak keheranan melihat aku. Mungkin mereka mengira aku salah masuk kelas.
Ibu Guru yang menjadi wali kelas disini adalah Ibu Sukarti, atau biasa kami panggil Bu Karti. Ibu satu ini adalah guru yang menurut kami cocok untuk masuk daftar guru paling killer, atau menyeramkan. Terbukti, saat aku masuk kelas langsung saja aku disodori soal matematika yang saat itu belum diajarkan dikelasku dulu. Beberapa anak sudah mulai aku kenali. Ada resna, temanku yang kebetulan satu tempat les Bahasa Inggris. Lalu ada Fitri, yang ternyata rumahnya tak jauh dari rumahku. Lalu ada Aziz, Meili, Ita, Fika, Zaki, dan dua teman yang dulu ikut ekstrakulikuler Qiroah sepertiku, Vivi dan Lintang.
Lama aku disini, tetapi tak kunjung mempunyai teman dekat. Beberapa memang menunjukkan sikap yang baik terhadapku, namun ada juga beberapa yang melihatku hanya sebelah mata. Aku banyak berteman dengan anak-anak disini sampai kemudian aku temukan dua orang yang benar-benar bisa kusebut sahabat.
“Hmm, res, aku duduk sama kamu ya?” kataku sambil memandang tempat duduk kosong disamping tempat duduk Resna. Resna yang sedang mengobrol dengan Vivi dan Lintang kemudian menoleh ke arahku dan berkata, “Oh iya, ngga papa,” kata Resna sambil kembali mengobrol dengan Vivi dan Lintang. Aku pun  duduk disebelahnya dan hanya diam menatap teman-teman yang lain, karena saat itu aku belum mempunyai teman. Sebenarnya aku bosan hanya duduk diam sambil menunggu bel masuk berbunyi. Tetapi masa aku ikut mereka untuk mengobrol? Kok rasanya aneh? Hmm, sudahlah, tak ada salahnya kucoba, ujarku dalam hati.
“Hey… Kalian ngomongin apa sih?” tanyaku sambil tersenyum menatap mereka bertiga.
“Hmm ,ngomongin anak baru. Hehe, kamu udah tau ada anak baru di kelas A?” jawab Vivi antusias.
“Anaknya cantik lho, udah liat?” sambung Lintang. Akhirnya aku terhanyut dalam obrolan itu hingga saat bel berbunyi.

***
                                           
Hari-hari dikelas baruku ini pun berlalu. Aku masih tetap berteman dengan mereka bertiga, Lintang, Resna, dan Vivi. Kami terus berteman, hingga akhirnya ada sesuatu yang aneh pada Resna. Dia menjauh dan terus menjauh. Seperti bukan Resna yang dulu. Tak lama kemudian, tinggal aku, Vivi, dan Lintang yang tersisa. Kami yang saat itu masih polos, tak menyadari perubahan Resna.

Hingga kami naik kelas pun, kami tetap berteman. Dulu kami mempunyai sebuah buku yang berisi ide-ide gila. Cerita-cerita, gambaran, maupun berbagai gambar gedung-gedung yang kami impikan akan terwujud ketika kami dewasa nanti. Kami selalu bertiga. Pergi ke kantin, sholat di musholla, jajan di timur sekolah, semuanya kami lakukan bersama. Tak jarang kami main ke rumah satu sama lain. Yang paling kuingat adalah saat aku terkena sakit cacar.

Saat itu, aku terkena sakit cacar. Sehingga tidak dapat masuk sekolah dalam waktu yang lama. Vivi dan Lintang datang menjengukku sepulang sekolah. Saat itu bulan ramadhan. Mereka main sampai hampir ashar. Mereka menemaniku makan siang, padahal saat itu mereka sedang berpuasa. Mereka juga tak terganggu walaupun saat itu aku sedang terkena penyakit yang menular. Kupikir mereka pernah terkena cacar juga, jadi aku santai saja mereka bermain denganku. Belakangan setelah aku masuk sekolah, aku baru tahu jika mereka belum pernah terkena cacar. Saat itu aku berpikir bahwa mereka benar-benar menyayangiku karena diriku sendiri. Bukan karena apapun. Dan aku menyadari bahwa mereka menganggapku sahabat.

***

Itu tadi penggalan ceritaku di kelas yang aku tempati selama dua tahun di SD. Masih di dalam kamarku yang berantakan ini, aku membolak-balik halaman buku tahunan SD-ku. Ah, kelas B ..kelas dimana aku belajar selama hampir empat tahun. Ya, akupun memiliki sahabat juga disana. Kalau tak bisa disebut sahabat, sebutlah kami ini teman dekat …


Tahun 2001…
Kulihat mama masih ada di depan ruang kelasku. Mengobrol dengan ibu-ibu yang juga mengantar anaknya ke sekolah. Aku masih dengan seragam TK-ku, terusan lengan pendek putih dengan rompi kotak-kotak. Juga tak lupa kuncir dua tinggi di sisi kanan dan kiri rambutku. Bu Guru di depan kelas itu masih memperkenalkan diri dan mengajak kami menyanyi seperti saat kami di TK. Aku duduk dengan Ayu, anak yang tadi diantar oleh Mamanya setelah aku duluan duduk di bangku nomor tiga itu. Dan di depanku ada dua orang anak yang ternyata telah berteman sejak TK, Maya dan Della.

Di hari pertama itu, Bu Rini, Ibu Guru yang menjadi wali kelasku, menyuruh kami untuk memperkenalkan diri di depan kelas. Dengan santainya, aku mengacungkan jari, tanda aku ingin maju untuk memperkenalkan diri. Di depan kelas, dengan suara yang lantang, aku memperkenalkan diriku. Nama panjang, nama panggilan, sekolah asal, dan beberapa hobi juga kusebutkan. Bu Rini menanyakan berbagai pertanyaan yang langsung kujawab dengan antusias. Setelah aku maju tadi, ternyata banyak anak yang juga tertarik untuk maju.

Di hari kedua, Mama sudah tidak menungguiku. Sebab, Mama harus pergi ke kantor hari ini. Ternyata, dihari kedua ini, Bu Rini mengacak tempat duduk kami. Aku tetap sebangku dengan Ayu, namun tempat duduk kami pindah ke dekat jendela. Di belakang kami ada dua orang anak laki-laki, yang kami kenali bernama Tyo dan Alga. Saat pelajaran, kami sering bermain-main dengan mereka. Bu Rini pun kadang melirik kami dengan tatapan tegas dan biasanya kamipun langsung diam begitu beliau menatap kami.

Saat jam istirahat berbunyi, aku keluar kelas sendirian. Tak tahu Ayu pergi kemana, kuputuskan untuk berjalan menyusuri lorong di depan kelasku. Tak lama, kujumpai kantin. Di situ, banyak anak-anak yang sedang jajan. Hari ini Mama belum memberiku uang saku, juga belum membawakanku minum. Aku hanya memandang kantin dengan penuh harap. Aku benar-benar haus saat itu. Sangat, sangat haus. Karena terlalu sibuk melamun, aku tak menyadari ada orang yang men dekatiku.
“Hey! Kamu nggak jajan?” tanya anak itu. Aku masih mengumpulkan data-data di otakku ketika akhirnya menjawab, “Nggak. Aku nggak bawa uang.”
“Emang nggak haus?” tanya anak itu. Ah, aku masih terus mengingat siapa dia. Hmm, hmm, hmm, Ya! Dia Maya. Anak yang duduk didepanku kemarin.
“Haus sih, tapi aku nggak bawa minum,” jawabku.
“Yaudah deh, nih kubagi uang jajanku. Aku tadi dibawain seribu sama Mama, nih buat kamu lima ratus,” jawabnya polos sambil membagi recehan uang lima ratus dikantong bajunya.
“Eh, bener buat aku?”
“Iya, nggak apa-apa kok,” katanya sambil melenggang pergi kearah Della dan beberapa teman yang lain.
Sejak saat itu, kami terus berteman dan berteman. Aku yang saat itu masih polos tak menyadari bahwa pertemanan kami ini disebut persahabatan. Kami hanya terus berteman tanpa pernah berpikir akan bagaimana kami ke depannya. Hingga akhirnya aku harus meninggalkan sahabat-sahabatku dikelas ini dan tanpa pernah memikirkan bagaimana mereka.

***

Aku tersenyum mengingat kisah tentang sahabat-sahabatku ini. Dulu, aku, Vivi, dan Lintang mempunyai mimpi agar kami bisa satu sekolah saat SMP nanti. Tapi ternyata mimpi kami tak terwujud. Vivi di SMPN 8, aku di SMPN 9, sementara Lintang di SMPN 15. Justru di sekolahku sekarang inilah, aku bertemu kembali dengan sahabat kecilku. Tanpa kami tahu, takdir yang menemukan kami dikelas yang sama. Hingga sekarang, kami terus bersama dalam suka duka yang bercampur aduk.
Aku tahu, ada masanya kami akan bertemu dan berpisah. Seperti saat perpisahan SD dan kami saling menangis haru, memeluk dan berjanji tak akan melupakan satu sama lain. Itu adalah perpisahan. Setelah perpisahan itulah kita akan menemukan hal baru. Sahabat baru yang mungkin pernah kita kenal ataupun belum. Hal-hal baru yang mungkin akan menjadikan pelajaran untuk kita menjadi lebih kuat. Dan semuanya itu tak akan terulang seperti Da Capo, atau pengulangan. 


^^NB: Hahaha, itu tadi cerpen yang kubuat untuk tugas Bahasa Indonesia. Ngga mirip cerpen ya? Nggak papa deh, udah terlanjur dikumpul. Yang mau baca boleh lhoo, Enjoy it :)


| | | 0 komentar
Gnight all:)

Ini blog kedua-ku. Yang ini buat tugas TIK, dan yang satunya buat apa aja. Tapi, tetep bakal aku isi terus(semoga). Oke, pertama kita kenalan dulu;) My name is Kusuma Lauditta. You can call me, Ditta or Tita (disekolah ato ditempat les, pada manggil Ditta. Tapi aslinya namaku Tita). I'm 14yo. Blood type A. Interest to Music, Words, Biology, Novel, Comic, and the other things. Tinggal di Jogja. Dan ingin meninggalkan Jogja suatu saat nanti untuk mencari jati diri tanpa bantuan siapapun. Aku nggak terlalu tinggi, cantik pun enggak, apalagi pinter. Temen nggak begitu banyak, tapi aku suka berteman:-) Oke segitu dulu

Blog pertama ku alamatnya www.strangelikosisvania.blogspot.com Nah, blog yang itu isinya lebih aku banget. Nyampah disitu, cerita disitu, dan macem22. Tapi emang sih postingannya baru sedikit. Kalo mau liat spam22ku yang lain, bisa liat di twitterku : www.twitter.com//justditta Hahaha :D itu dua link tempat aku nyampah dan kalian bakal tau kayak apa aku sebenernya (nggak sepolos yang kalian kira, walaupun aku nggak begitu suka ngomong yang frontal banget). Aku suka novel&film22 Harry Potter. Aku suka novel22 dari Dewi Lestari. Dan pengen banget baca novel karya Pak Pram (Pramudya Ananta Toer). Aku suka Depapepe dan Cannon in Dmajor. Aku suka kopi, pizza, dan kuekue. Tentunya, gudeg ,soto, dan bubur ayam nggak ketinggalan :D hahaha

Finally, segitu dulu perkenalanku:) Gnight :D